Kamis, 28 April 2011

Sejarah Perkembangan Islam di Pattani

Provinsi Pattani
Oleh : Drs. Agus Subandi, MBA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
ปัตตานี
Pattani(Fattani)
Peta Thailand menunjukkan Provinsi Pattani
Statistik
Luas wilayah:
{{{keluasan}}} km²
Jumlah penduduk:
595.985 (tahun2000)
Kepadatan:
307 pen./km²
Pattani (Thai ปัตตานี) merupakan salah satu provinsi (changwat) di selatan Thailand. Provinsi-provinsi yang bertetangga (dari arah selatan tenggara searah jarum jam) adalah Narathiwat (Menara), Yala (Jala) danSongkhla (Senggora).
Masyarakat Melayu setempat menyebut provinsi mereka, Patani Darussalam atau Patani Raya.
Geografis
Pattani terletak di Semenanjung Melayu dengan pantai Teluk Thailand di sebelah utara. Di bagian selatan terdapat gunung-gunung dan atraksi turisme seperti taman negara Budo-Sungai Padi yang yang berada di perbatasan provinsi Yala(Jala) dan Narathiwat(Menara). Di sini juga terdapat beberapa tumbuhan yang agak unik seperti palma Bangsoon dan rotan Takathong. Di kawasan perbatasan dengan Songkhla dan Yala pula terdapat sebuah taman rimba yang terkenal dengan gunung terjunnya, Namtok Sai Khao.
Sejarah
Pada awalnya, Pattani merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang berdaulat, mempunyai kesultanan dan perlembagaan yang tersendiri. Patani adalah sebagian dari 'Tanah Melayu'. Namun pada pertengahan abad ke-19 Patani telah menjadi korban penaklukan Kerajaan Siam.
Pada tahun 1826, penaklukan Siam terhadap Patani mendapat pengakuan Britania Raya. Dalam usahanya untuk mengokohkan kedudukannya di Pattani, pada tahun 1902 Kerajaan Siam melaksanakan undang-Undang Thesaphiban.
Dengan itu, sistem pemerintahan kesultanan Melayu telah dihapuskan. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Bangkok pada tahun 1909, Pattani telah diakui oleh Britania sebagai bagian dari jajahan Siam walaupun tanpa mempertimbangkan keinginan penduduk asli Melayu Patani.
Sejak penghapusan pemerintahan Kesultanan Melayu Pattani, masyarakat Melayu-Pattani berada dalam posisi tertekan dan lemah . Seperti yang diungkap oleh W.A.R. Wood, Konsul Britania di Songkhla, penduduk Melayu telah menjadi mangsa sebuah pemerintahan yang tidak diperintah dengan baik. Justru akibat pemaksaan inilah kekacauan sering terjadi di Pattani. Pada tahun 1923, Tengku Abdul Kadir Kamaruddin, mantan Raja Melayu Patani, dengan dukungan pejuang-pejuang Turki, memimpin gerakan pembebasan. Semangat anti-Siam menjadi lebih hebat saat Kerajaan Pibul Songgram (1939-44) mencoba mengasimilasikan kaum minoritas Melayu ke dalam masyarakat Siam melalui Undang-Undang Rathaniyom.
Keterlibatan Siam dalam Perang Dunia Kedua di pihak Jepang telah memberikan harapan kepada orang-orang Melayu Pattani untuk membebaskan tanah air mereka dari penjajahan Siam. Tengku Mahmood Mahyideen, putra mantan Raja Melayu Patani juga seorang pegawai berpangkat Mayor dalam pasukan Force 136, telah mengajukan proposal kepada pihak berkuasa Britania di India supaya mengambil alih Pattani dan wilayah sekitarnya serta digabungkan dengan Tanah Melayu.
Proposal Tengku Mahmud itu selaras dengan proposal Pejabat Tanah Jajahan Britania dalam mengkaji kedudukan tanah ismus Kra dari sudut kepentingan keamanan Tanah Melayu setelah perang nanti.
Harapan itu semakin terbuka saat pihak sekutu, dalam Perjanjian San Francisco pada bulan April 1945, menerima prinsip hak menentukan nasib sendiri (self-determination) sebagai usaha membebaskan tanah jajahan dari belenggu penjajahan.
Atas semangat itu, pada 1 November 1945, sekumpulan pemimpin Melayu Patani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalal, bekas wakil rakyat wilayah Narathiwat, telah mengemukakan petisi kepada Kerajaan Britania dengan tujuan membujuk agar empat wilayah di Selatan Siam dibebaskan dari kekuasaan Pemerintahan Siam dan digabungkan dengan Semenanjung Tanah Melayu. Namun sudut pandang Britania terhadap Siam berubah saat Peperangan Pasifik selesai. Keselamatan tanah jajahan dan kepentingan British di Asia Tenggara menjadi pertimbangan utama kerajaan Britania dalam perbincangannya dengan Siam maupun Pattani.
Kerajaan Britania memerlukan kerjasama Siam untuk mendapatkan stok beras untuk keperluan tanah jajahannya. Tidak kurang pentingnya, kerajaan Britania terpaksa menyesuaikan perundangannya terhadap Siam dengan tuntutan Amerika Serikat yang ingin menetapkan wilayah Siam seperti pada tahun 1941.
Kebangkitan Komunis di Asia Tenggara, khususnya di Tanah Melayu pada tahun 1948, menjadi faktor pertimbangan Britania dalam menentukan keputusannya. Kerajaan Britania menganggap Siam sebagai negara benteng terhadap ancaman Komunis China. Karena itu Kerajaan Britania ingin memastikan Siam terus stabil dan memihak kepada Barat dalam persaingan dengan Negara-Negara Komunis. Kerajaan Britania memerlukan kerjasama kerajaan Siam untuk menghapuskan kegiatan teror Komunis di perbatasan Tanah Melayu-Siam.
Kebetulan kerajaan Siam telah memberi jaminan untuk memperkenalkan reformasi di Pattani untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat Melayu. Oleh kerana itu, isu Pattani yang awalnya dianggap kurang penting malah kembali dibangkitkan akan memperkuat hubungan dengan Siam.
Setelah Persidangan Songkla pada awal Januari 1949, pihak berkuasa Britania di Tanah Melayu atas tuntutan pihak Siam mulai mengambil tindakan terhadap pemimpin-pemimpin pejuangan Pattani. GEMPAR juga telah dilarang. Tengku Mahmood Mahyideen ditekan, sementara Haji Sulung dihukum penjara. Pergerakan politik Pattani semakin lemah dengan kematian Tengku Mahmood Mahyideen dan Haji Sulung pada tahun 1954.
Referensi
Rumusan Sejarah Patani Darussalam
Demografi
Pattani merupakan salah satu daripada empat provinsi Thailand yang mempunyai mayoritas penduduk beragama Islam (80%). Nama Pattani berasal dari dua perkataan Bahasa Melayu logat setempat yaitu "Pata" ("Pantai") dan "Ni" ("Ini"). Sebagai salah satu wilayah baru yang terbentuk dari Negara Patani awal, demografinya tidak jauh berbeda dengan provinsi-provinsi mayoritas Melayu Islam yang lain seperti Narathiwat(Menara), Yala(Jala), Satun(Sentul) dan Songkhla(Senggora).
Al-Fattani adalah dari perkataan Bahasa Arab bermaksud kebijaksanaan atau cerdik, karena di situ tempat lahirnya banyak ulama dan cendikiawan berbagai golongan dari tanah melayu (jawi). Banyak juga yang menjadi ahli tafsir Al-quraan, pengarang kitab bahasa Arab dan bahasa Melayu serta banyak juga yang telah menjadi tenaga pengajar di tanah Arab kebanyakan dari Fattani maka orang-orang Arab menggelar mereka adalah orang Fattani
Fattani adalah serambi Mekah di gelar Fattani Darulsalam
Simbol

Lambang wilayah Pattani memaparkan sebuah meriam yang "Sri Patani" atau dalam bahasa siam "Phya Tani", yang dihasilkan di Pattani oleh penduduk Pattani. Meriam ini dibawa ke Bangkok pada 1785 dan sekarang dipamerkan di depan bangunan Departemen Pertahanan di Bangkok.
Simbol-simbol yang lain termasuk bunga raya (Hibiscus rosa-sinensis), dan pohon Chengal Kampung (Hopea odorata).
Pembagian administratif
Peta Amphoe
Pattani terbagi kepada 12 kawasan administratif (Amphoe), dibagi lagi menjadi 115 daerah swapraja/komunitas (tambon) dan 629 kampung (mubaan).
1.    Mueang Pattani
2.   Khok Pho
3.   Nong Chik
4.   Panare
5.   Mayo
6.   Thung Yang Daeng
7.   Sai Buri
8.   Mai Kaen
9.   Yaring
10.Yarang
11. Mae Lan
12.Kapho
Huru-hara
Sejak awal tahun 2004, beberapa insiden kerusuhan dan huru-hara telah melanda selatan Thailand, terutama di wilayah-wilayah Narathiwat,Yala, dan Pattani. Kawasan-kawasan ini didiami oleh mayoritas penduduk Melayu Islam dan aktivitas gerakan pejuang kemerdekaan telah aktif sejak tahun 1980-an. Penduduk-penduduk di sini tidak merasa senang dengan reaksi keras pemerintah pusat terhadap aktivitas gerakanpejuang kemerdekaan tersebut. Kebanyakan mereka juga tidak puas hati dengan beberapa kebijakan kerajaan pusat yang memperlakukan mereka dengan cara berbeda dari kaum etnis Thai.
Pada 26 Oktober 2004, 78 orang tewas akibat sesak napas setelah kesemuanya dimasukkan di dalam truk polisi akibat ditangkap di atas tuduhan rusuhan di daerah tersebut dan sekelilingnya.
Hingga awal tahun 2006, sedikitnya 1.000 orang telah tewas akibat kekacauan yang terjadi di Thailand bagian selatan sejak Januari 2004.
Pranala luar
§  (Inggris) "700 casualties since January"Xinhua
PATTANI, Thailand  — At least 78 people were suffocated or crushed to death after being arrested and packed into police trucks after a riot in southern Thailand, officials said Tuesday.
The announcement dramatically increased the death toll from the latest eruption of violence in Thailand’s Muslim-dominated south. Officials had earlier said that six people were shot to death during clashes Monday at a police station in Narathiwat province.
Dr. Pornthip Rojanasunan, a forensics expert who works for the Justice Ministry, told a news conference Tuesday that she and a team of doctors conducted autopsies on 78 bodies at an army camp in Pattani province and found that most of them had perished from suffocation.
The dead were among some 1,300 people arrested Monday following the police station riot.
Image: Relatives of arrested demonstrators.
Apichart Weerawong  /  AP
Relatives wait outside a military base in Pattani province, southern Thailand, on Tuesday, in a bid to see Thai-Muslim demonstrators arrested by security forces after Monday's riot.
Maj. Gen. Sinchai Nujsathit, deputy commander of the fourth army, said the victims may have died from suffocation “because we had more than 1,300 people packed into the six-wheel trucks.”
He did not say how many trucks were used.
Manit Suthaporn, deputy permanent secretary of the Justice Ministry, said the victims probably suffocated because they were piled on top of each other in the vehicles.
The violence erupted Monday when about 2,000 Muslim youths demonstrated outside a police station in Narathiwat’s Takbai district to demand the release of six detained men.
Police and military forces tried to disperse the rowdy crowd with gunshots, water cannons and tear gas. Six people were killed and several injured in the melee, army commander Gen. Pisarn Wattanawongkhiri said Tuesday.
© 2011 The Associated Press. All rights reserved. This material may not be published, broadcast, rewritten or redistributed.
·          
Islam Di Pattani
 Kontribusi Dari Khairat Lismaniah
Saturday, 15 September 2007
Diperbaharui Pada Thursday, 20 September 2007
Edisi 50
Dalam tulisan ini penulis ingin mengemukakan kondisi umum Islam di Thailand. Khususnya negeri Pattani, Thailand Selatan.
Untuk lebih jelasnya, penulis juga memuat data tentang sejarah Pattani,
bagaimana proses masuknya Islam ke Pattani dan terakhir gambaran umum
tentang keadaan Islam di Pattani sekarang. 
Sejarah Pattani   
Negeri Pattani mempunyai sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama dari
negeri-negeri di semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor.
Sejarah lama Pattani merujuk kepada kerajaan Melayu Tua pengaruh
Hindu-India bernama Langkasuka.
Kawasan timur Langkasuka meliputi daerah pantai timur semenanjung, mulai dari Senggora, Pattani, Kelantan sampai Terengganu, termasuk juga kawasan utara negeri Kedah.
Menurut catatan sejarah, Langkasuka itu terletak di daerah Pattani sekarang, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli antropologi di Prince of Songkla University, yang dikuatkan juga oleh sejarawan lain seperti Prof. Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof. Wheatly. Tapi, persoalan berubahnya nama Langkasuka menjadi Pattani masih belum diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai hal itu. Mengikut hikayat Pattani pula, kerajaan Pattani berasal dari kerajaan Melayu yang berpusat di pedalaman dan sukar untuk didatangi oleh pedagang-pedagang. Sehingga raja Pattani ketika itu memindahkan pusat kerajaanya ke sebuah perkampungan nelayan yang akhirnya di beri nama "Pattani".
Karena letaknya yang strategis dari segi geografis, Pattani menjadi tumpuan para pedagang dari timur maupun barat, untuk singgah di sana sambil beristirahat ataupun berdagang. Sehingga Pattani menjadi pusat perdagangan ketika itu.
Menurut ahli Antropologi, orang Pattani berasal dari suku Jawa-Melayu. Karena suku inilah yang pertama kali mendiami tanah Melayu. Kemudian berdatangan pedagang Arab dan India ke daerah Pattani.
Masuknya Islam ke Pattani  
Sebagaimana kita ketahui, Islam masuk ke Asia Tenggara bukan dengan perang atau penaklukan, tapi melalui jalur
..:: KMM Mesir Official Website ::..
http://minang.awardspace.com Menggunakan Joomla! Generated: 28 April, 2011, 16:50dagang. Baik itu Indonesia, Malaysia, begitu juga Pattani (Thailand). Namun, kapan masuknya Islam ke Pattani tidak diketahui secara pasti. Tetapi, kalau melihat karya sastra sejarah dan merujuk kepada para sejarawan, maka dapat diperkirakan bahwa Pattani menjadi negeri Islam pada tahun 1457 M.
Masuknya Islam ke Pattani, juga seperti sebuah cerita khayalan atau dongeng. Tapi memang begitulah proses masuknya Islam ke sana. Sebagaimana dikisahkan dalam buku-buku sejarah. Dikisahkan waktu itu, Pattani dipimpin oleh seorang raja yang bernama Phya Tu Nakpa. Raja dikabarkan menderita sakit dan tidak kunjung sembuh. Dia mendengar, ada seorang tabibTabib tersebut mau mengobati sakit raja dengan syarat raja harus masuk Islam setelah sembuh dari sakitnya. Raja menyetujui syarat sang tabib dan berjanji untuk masuk Islam setelah sembuh. Lalu sang tabib pun mengobati raja. Tetapi, setelah sembuh sang raja mengingkari janjinya. Dia tetap saja memeluk agamanya.
Kemudian raja sakit kembali dan diobati kembali. Kejadian itu terulang sampai tiga kali. Pada yang ketiga kalinya raja menyerah dan insaf. Setelah sembuh dari sakitnya, raja bersama keluarga dan pembesar istana memeluk Islam. Pada akhirnya, raja pun mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Shah.  yang bisa mengobati sakitnya.
Sejak itulah Islam mulai berkembang di Pattani dan ajaran Budha mulai ditinggalkan yang pada akhirnya hilang dari Pattani. Islam berkembang dengan pesat di Pattani tersebut.
Dahulunya, Pattani bukanlah bagian dari Thailand (Siam), melainkan daerah Islam yang berkembang dan maju di Selatan Siam.
Sepeninggalnya, raja digantikan oleh putranya, Sultan Muzaffar Shah. Dia meneruskan dan memajukan negerinya.
Tidak hanya itu, Sultan Muzaffar Shah juga melakukan lawatan ke negara tetangga, termasuk Siam. Tapi lawatan Sultan Muzzafar tidak di terima baik oleh Raja Siam. Karena kesombongan Raja Siam, yang menganggap  dirinya lebih terhormat, membuat Sultan Pattani marah dan merasa direndahkan. Sehingga dia dan adiknya mengerahkan pasukan dan menyerang Siam yang ketika itu sedang diserang oleh Burma. Akhirnya, Siam jatuh ketangan Sultan Muzaffar saat itu juga.
Tak lama kemudian, Raja Pattani meninggal dan digantikan oleh adiknya. Sepeninggal adiknya, tahta diturunkan kepada putra Sultan Ismail Shah, yang menimbulkan masalah pada kesultanan. Mulailah terjadi perpecahan di dalam istana yang melibatkan keluarga raja juga putera-putera selir beliau.
Puncak keemasan dan runtuhnya Pattani  
Pattani mencapai puncak keemasanya dizaman empat ratu yaitu; Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635), dan Ratu Kuning (1635-1651). Pada masa ratu-ratu tersebut, Pattani sangat makmur dan kaya raya.
Kekuasaannya pun meluas sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Pattani Besar. Kejayaan ini berlangsung selama 67 tahun.
Ketika Ratu Kuning meninggal pada 1651, kejayaan Pattani berkurang dan terjadi kemerosotan secara politik, ekonomi dan militer. Negeri Pattani Besar meliputi; Kelantan, Terengganu, Pattani Awal, Senggora dan Pethalung, yang tadinya bersatu mulai memisahkan diri. Bersamaan dengan kemerosotan ini, Siam bangkit dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri. Pattani ditaklukkan oleh Siam pada tahun 1785. Sejak saat itulah pattani berada di bawah pemerintahan Siam. Pada tahun 1909, Pattani resmi menjadi bagian dari Siam, yang kemudian mengganti nama dengan Thailand sampai saat ini.
Kondisi terkini Pattani  
Jatuhnya Pattani ke tangan Siam (Thailand) pada tahun 1785 dan diikuti dengan perjanjian bermaterai Inggris-Siam pada tahun 1909, menjadi awal bagi kesengsaraan orang Melayu Islam Pattani yang membawa kepada berakhirnya
pemerintahan raja-raja Melayu Pattani. Para tahanan perang dibawa ke Bangkok dengan mengikat dan merantainya,
kemudian dijadikan budak dan buruh kasar pemerintahan Siam (Thailand). Para tawanan dipaksa mengorek dan
..:: KMM Mesir Official Website ::..
http://minang.awardspace.com Menggunakan Joomla! Generated: 28 April, 2011, 16:50menggali batangan sungai yang menjadi nadi pergerakan ekonomi di tengah kota Bangkok sampai saat ini. Walau corak pemerintahan Thailand telah diganti, Pattani tidak pernah mendapat pembelaan dan layanan yang baik dan adil, mereka senantiasa menjadi mangsa kekejaman dan keganasan pemerintah Thailand.
 
Sampai saat ini pun perasaan benci, dendam, buruk sangka dan memandang rendah terhadap Melayu Islam Pattani
berketerusan dan menebal. Pattani diabaikan dari segi pembangunan maupun pendidikan. Pendidikan di sana
tergantung kepada pakar yang bergelar "tok guru" dalam mengendalikan pembelajaran. Berbagai macam penindasan
dan kesemena-menaan yang mereka alami, membuat mereka merasa tidak nyaman lagi berada di negeri mereka
sendiri. Sehingga ada sebagian dari mereka yang hijrah untuk mencari sebuah ketenangan. Keselamatan di Pattani
semakin hari semakin berkurang, bahkan memburuk, pembunuhan semakin banyak terjadi. Sebagaimana yang telah
terjadi beberapa waktu lalu di sebuah kampung di Thailand Selatan. Satu pasukan masuk ke sebuah kampung dan
menuju ke sebuah rumah, kemudian menembak kepala keluarga, di dalam rumah tersebut. Salah seorang anak
perempuanya dapat menyelamatkan diri, namun yang satu lagi ditangkap dengan tidak ada perikemanusiaan lagi, dia
dirogol dan di bunuh. Sedangkan si Ibu melarikan diri menuju rumah adiknya. Dia dan adiknya pingsan ketika melihat
dua anak adiknya di tembak. Kekejaman tidak berhenti sampai disitu saja, mereka ditutup dengan selimut dan dibakar.
Sebelum pasukan itu pergi dari tempat itu mereka menembak rumah-rumah secara membabi buta. Bisa kita bayangkan
betapa mirisnya kejadian tersebut. Namun, itu hanya satu contoh dari sekian banyak kekejaman yang terjadi di dunia
Islam. Wallâhu a'lam bisshawâb.

..:: KMM Mesir Official Website ::..
http://minang.awardspace.com Menggunakan Joomla! Generated: 28 April, 2011, 16:50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar